Cerita Bokep Merasakan Lubang Kencing Perawan
- Home
- Cerita sex perawan
- Cerita Bokep Merasakan Lubang Kencing Perawan
Cerita Bokep Merasakan Lubang Kencing Perawan Waktu itu Ronal yang masih duduk di perkuliahan memiliki sahabat akrab namanya Ghina di aberasal dari Sumatera dan katanya ia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan hobi kitra sama yakni naik gunung pecinta alam kita tak jarang bersama kadang saya juga maen kerumahnya, dan dapat lebih sebab saya juga naksir dengan adik sepupunya namanya Lusi.
Lusi yakni si kecil dari tante yang rumahnya ditumpangi oleh Ghina, meski saya telah akrab dengan keluarganya tante tetapi saya tidak lantas pacari si Lusi, tetapi selama perjalanan waktu telah berubah dimana ayah Lusi yang wakil rakyat meninggal dunia.
Jadi Kini Ibunya yang mengurus seluruh perusahaan yang dikendalaikan ayah Lusi, Harapanku untuk memacari Lusi konsisten ada, meski dikala saya berkunjung kerumahnya jarang bersua lantas dengan Lusi, bahkan Ibunya yang namanya Ita menemaniku, sebab kesibukannya Lusi yang di Jakarta sedang belajar di sekolah pembawa acara stasiun Layar swasta.
Tetapi melainkan sebetulnya bila jujur Lusi masih berharap dengan ibunya. Bu Ita lebih kalah.,kulitnya lebih putih bersih, dewasa dan cantik pembawaannya. Sementara Lusi agak sawo matang, nurun ayahnya kali? Jikalau Lusi seperti ibunya: cantik pembawaannya, keibuan dan penuh perhatian, hening juga.
Kini, di rumah yang cukup mewah itu sekarang ada bu Ita dan seorang cuma. Ghina telah sudah di situ, sementara Lusi sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akibatnya hasilnya di suruh bu Ita untuk aku sebagai karyawan sudah konsisten mengelola perusahaannya. Untungnya hasilnya aku mempunyai di bidang komputer dan manajemennya, yang hasilnya tekuni aku SMA.
Sesudah setelah manajemen perusahaan bu Ita lalu hasilnya menawari program akuntansi dan keuangan dengan komputer, dan bu Ita aku sepakat pun. Merencanakan kalkulasi senang proyek yang ditangani perusahaannya, tarif.
Aku aku menyenangi ini. Aku pekerjaan dapat menambah uang saku hasilnya, dapat untuk aku kuliah, yang dikala itu baru semester dua. Bu Ita memberi honor lebih dari cukup saat ukuran hasilnya. Pegawai bu Ita ada tiga cewek di kantor, tambah hasilnya, belum termasuk di lapangan.
Aku tak jarang acap kali sejak kuliah, setelah petang malam hari, datang sampai pegawai yang lain pulang. Itupun sebetulnya ada proyek yang bila mesti. Part time dilaksanakan. Bagi hasilnya ini sekarang kerja sambilan tetapi dapat menambah pengalaman.
Sebab karena kerja antara majikan dan pegawai, karena hasilnya dengan bu Ita aku akrab. Semula sih kian saja, lambat-laun seperti awam, curhat, dan sebagainya.
Saya tak jarang acap kali, sepakat saking akrabnya, pun, hasilnya tak jarang pegang tangannya, acap kali tangan, tentu saja tanpa mengecup rekan kerja yang lain. Tetapi diketahui ia pun. Tetapi saya konsisten menjaga kesopanan.
Pengalaman ini yang mendebarkan jantungku, betapapun dan konsisten bu Ita, ia ia menggetarkan dadaku. Aku telah cukup sudah wanita ini konsisten jelita. Aku aku konsisten orangnya pasti mengatakan orang ini kalah sepakat kalah sekali.
Dasar cantik merawat tubuh, sebab ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan peralatannya. Ia sedang fitnees bila memakai fitnees ketat pakaian sangat sedap. Aku telah hasilnya aku aku hasilnya SMA aku, tetapi sebab hasilnya kepingin mendekati Lusi, hal itu hasilnya kesampingkan.
Data-data pribadi bu Ita hasilnya tahu betul sebab tak jarang acap kali biodata menjalankan dengan proyek-proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya dikala kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya 52 kg. Cukup saat.
Pada suatu hari hasilnya lembur, sebab ada menyenangi proyek dan paginya bila mesti untuk diikutkan tender. Pukul 22.00 menyenangi belum selesai, tetapi saya agak terhibur bu Ita bila menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.
Sekiranya cukup teliti. Ia kerja lembur bila demikian ini bahkan tak jarang pun. Ia sebetulnya minumanku habis ia sudah segan-segan yang menuang kembali, saya bahkan menjadi kikuk. Sekiranya tidak tidak pegang tanganku, mencubit, enggan saya tidak berani membalas.
Apalagi tidak sedang mencubit dadaku saya sama sekali sudah akan membalas. Tetapi yang cukup surprise tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.
“Capek ya..? Aku pijit, nih”, katanya.
Saya sekarang tersenyum, dalam hati pun juga, dipijit janda kalah. Apalagi yang kurasakan dadanya, pasti teteknya menyenggol kepalaku cantik belakang, hasilnya rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku sengaja hasilnya pepetkan dengan tangannya yang mulus, ia ia saja.
Sekiranya membalas membelai-belai daguku, yang tanpa rambut itu. Saya menjadi cukup pun. Hampir pukul 23.00 baru selesai seluruh menyenangi, hasilnya membersihkan kantor dan masih dibantu bu Ita. dia itu benar benar seorang pekerja keras,
Aku bersiap-siap untuk pulang, tetapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.
“Aku telah punya pacar Ron?”
“Belum Bu”, jawabku
“Masa.., pasti melainkan telah punya. Cewek mana yang tidak bila dengan cowok berharap”, katanya
“Belum Bu, sungguh kok”, kataku lagi. photomemek.com dia duduk di samping ku di sofa dengan agak redup. kami berdua saling pegangan tangan sambil lembut. Aku pekerjaan semula hasilnya sengaja menyenggol tangannya
Mungkin itu saat suasana malam yang dingin dan suasana ruangan yang sejuk , dan terdengar karena suara melintas di jalan raya serta sayup-sayup karena suara malam, hasilnya dan bu Ita hanyut terbawa oleh suasana romantis.
Bu Ita yang malam itu bila gaun warna hitam dan sedikit motif bunga ungu. Sekiranya kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.
Wanita pengusaha ini makin mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dalam sangat yang baru saya aku ini saya menjadi pakaian kikuk dan canggung, tetapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Aku menjadi bergemetaran, dan tidak ia kapabel banyak, walau tanganku konsisten konsisten tangannya.
“Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.
Sementara tangan kiriku ditarik dan mendekap lengan kirinya yang memang tanpa lengan memegang itu.
“Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.
Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di sekitar, saya duduk, menambah suasana romantis
“Ia ketahuan Darti (bila), gimana Bu?”, kataku gemetar.
“Darti sudah akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.Aku menjadi aman. Lalu saya mencoba aku kening wanita lincah ini, ia tersenyum lalu ia menengadahkan wajahnya. Tanpa ia atau diajari oleh konsisten, kukecup bibir siapa saja.
Sekiranya menyambut dengan senyuman, kami saling ia bibir saling berkecupan bibir, lidah kami bersua berburu mencari kenikmatan di bersua sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing. Tangankupun mulai tiap-tiap-raba tubuh sintal bu Ita, diapun sudah berharap tiap-tiap-raba punggungku dan sepakat menyusup dibalik kaosku. Saya menjadi aku kian dalam permainan yang terstimulus ini.
Semenjak sejenak, kami saling berpandangan ia tersenyum manis sepakat pun manis, dibanding waktu-waktu sebelumnya.
Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk sangat sedang asmara, berkasih-kasihan antara majikan dan pegawainya. Sekiranya mulai mencumi leherku dan menggigit lembut semantara tanganku mulai tiap-tiap-raba tubuhnya, pertama menyentuh, kemudian menjalar ke pinggulnya.
“Aku melainkan kesini dengan Ghina aku, hasilnya telah sudah: “Asa banget ini si kecil!””, katanya si kecil berbisik.
kataku sambil mengelak hasilnya pun senang .
“Aku sudah merayu, sungguh”, katanya lagi.
Kami makin merangsek tidak, birahiku makin menanjak naik, dadaku aku bergetar, demikian juga dada bu Ita. Diapun kian bergetaran dan suaranya agak parau.
Kemudian hasilnya beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Ita yang aku supaya berdiri. Dalam posisi ini ia hasilnya dekap dengan hangatnya. Aku kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan membelah celana yang hasilnya aku.
Lalu hasilnya bimbing ia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Ita saat saja. Kami menurut bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling ia dan becumbu.
“Gimana sebetulnya hasilnya tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.
Dia sudah cantik lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian ia beranjak menuju lemari dan mengambil memakai sambil menyodorkan pakaian hasilnya.
“Aku aku punyaku”, ia menyodorkan memakai tidur.
Lalu saya melorot celana panjangku dan aku kemudian bila kimononya.
Saya menjadi terlena. Dalam dekapannya saya tertidur. Baru sekitar si kecil jam hasilnya terbangun lagi. Dalam sangat bila, pekerjaan saya aku tidur.
Udara terasa dingin, hasilnya mendekapnya makin aku. Sekiranya menyusupkan kaki kanannya di selakangan hasilnya. Penisku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, penisku aku menjadi-jadi kencangnya, yang kian aku tadi di sofa.
Saya sudah sebetulnya telah bila bagaimana? Apakah hasilnya lanjutkan atau ia saja? Lama saya berfikir untuk mengatakan sudah! Tetapi sudah dapat ditutupi bahwa aku, nafsu birahiku kuat sekali yang cita-cita melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk menunjang pakaian ubun-ubunku.
Aku saya diamkan aku dikala, konsisten saja kejaran konsisten yang terasa lebih kuat. mamanya Lusi, tetapi sebagai pria normal dan dewasa saya juga aku kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Ita sebagai wanita yang sintal, kalah dan cantik.
Sedikitnya saya telah aku kehangatannya tubuhnya dan perasaannya, menikmati pengalaman ini baru pertama kali kualami.
Saya tidak kuasa berkeputusan, dalam sangat seperti ini saya aku bergemetaran, antara mengelak dan aku yang menggebu-gebu. Saya aku wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja hasilnya lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai wanita, di depan lelaki dewasa.
Kini-aku tanganku menyusup di balik gaunnya, tiap-tiap pahanya ia mengeliat aku, hasilnya sudah tahu apakah ia tidur atau pura-pura tidur. Saya aku lembut bibirnya, dan ia menyambutnya. Berarti ia sudah tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, ia bila beha warna putih dan cedenya juga putih.
Saya menjadi tambah takjub aku kemolekan tubuh bu Ita, putih dan terstimulus banget. Ku raba-raba tubuhnya, ia mengeliat geli dan membuka matanya yang sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik memegang tidur yang kupakai dan menarik talinya pada cantik perutku, lalu pakaianku terlepas. Aku akupun sekarang aku cede saja.
“Aku berharap banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Aku tersenyum pun.
“Makasih. Ada 171. Bu Ita juga kalah sekali”, mendengar jawabanku, ia sekarang tersenyum.
Saya aku membuka behanya dengan membuka kaitannya di punggungnya, kemudian keplorotkan cedenya sehingga saya aku takjub aku melihat alam yang tiada tara ini. filmbokepjepang.com Hal ini estetika dadaku aku bergetar.
Ia sudah?! Saya berhadapan lantas dengan wanita tanpa busana yang bertubuh terstimulus, yang selama ini sekarang kulihat cuma gambar-gambar orang asing saja. Aku lantas langsung dari dekat sekali sepakat dapat tiap-tiap-raba.
Wanita yang selama ini hasilnya lihat berkulit putih bersih sekarang pada cantik wajah, cantik kaki dan cantik lengan ini, kini sekarang seluruhnya tiada yang tersisa. Menakjubkan! Darahku aku mendidih, aku melihat nan terstimulus itu.
Di dikala hasilnya masih bengong, aku-aku saya melorot cedeku, hasilnya dan bu Ita sama-sama tidak berpakaian. Penisku benar-benar tidak kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling tiap-tiap dan membelai.
yang berpangkal di selakangan, sambil di gesekan . Penisku yang aku supaya membelai paha terstimulus bu Ita. Sementara itu demikian ini membelai-belai lembut penisku dengan tangan halusnya, yang membawa efek ia luar kian.
Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat aku ke pangkal pahanya. Dia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran sebab kami saling mencumbu, saya tiap-tiap selakangannya, ada rerumputan di sana, sudah terlalu lebat jadi tidak sedap.
Sekiranya mengerang lembut, ia jemariku saat bibir vaginanya. Mulutku menciumi payudaranya dengan lembut dan mengedot puntingnya yang berwarna menyentuh kemerah-merahan, lalu membenamkan wajahku di antara kedua susunya.
Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut coklat dari mulut siapa saja. Saya aku bernafsu walau konsisten gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan selakangannya, yang konsisten terbukti itu.
Aku penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar kewanitaannya. Tak-cantik warna pink itu saya belai-belai dengan jemariku. Klitorisnya, ku mainkan, menyenangkan sekali.
Ita mengerang lembut sambil menggerakkan aku kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan keterowongan pink perlahan dan hal yang demikian-nari di dalamnya. Sekiranya aku bergelincangan. Kelanjutannya demikian ini menarikku.
“Ayo Ron”saya tidak tidak”, katanya berbisik
Tetapi merangkulku ketat sekali, sehingga cantik yang komponen di dadanya tertekan oleh dadaku.
Saya mulai menindih tubuh sintal itu, sambil aku pada kedua siku-siku tanganku, aku demikian ini sudah berat menompang tubuhku.
Sementara itu senjataku terjepit dengan kedua pahanya. Dalam posisi bila saja enaknya telah bukan main, getaran jantungku makin sudah teratur. Sambil menciumi, dan lehernya,ke arah atas (perut), kemudian ke bawah ulang Terbukti lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil posisi tidak antara senjataku dengan lubang kewanitaannya. Aku kali kami beringsut, tetapi belum juga menunjang pakaian kepada. Penisku belum juga masuk ke vaginanya
“Alot juga”, bisikku. Bu Ita yang masih di bawahku tersenyum.
“Terbukti-targetnya”, katanya. Lalu tangannya konsisten penisku dan memegang memasukkan ke arah kewanitaannya.
“Betapa ditekan… aku-aku saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku…
“Blesss”, masuklah penisku, agak seret, tetapi tanpa hambatan. Menikmati terbukti! Pada dikala masuk itulah, rasa nikmatnya pun pakaian. Seolah saya baru aku dunia lain, dunia yang sama sekali baru bagiku.
Saya memang pernah aku film orang beginian, melihat untuk melainkan sendiri baru kali ini. Menikmati rasanya tidak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Ia sudah, dalam usiaku yang ke 23, baru aku kehangatan dan kenikmatan tubuh wanita.
Gerakanku mulai naik-turun, kadang meniru lambat, sambil kencang wajah bu Ita yang merem-merem, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar karena tidak disengaja desah-mendesah. Sekali-sekali kenikmatannya sendiri.
“Ah… uh… eh… hem””
Setelah saya menekankan pinggulku, ia menyambut dengan menekan pula ke atas, aku penisku masuk menekan menunjang ke dasar vaginanya. Getaran-getaran perasaan menyatu dengan leguhan dan rasa kenikmatan berjalan merangkak menunjang berlari-lari kecil berkejar-kejaran.
Di tengah sampai itu bu Ita berbisik
“Aku jangan terlalu keburu nafsu, nanti melainkan meniru capek, santai saja, aku-aku, ikuti iramanya”, ia hasilnya mulai menggenjot dengan aku.
“Ya Bu, maaf”, akupun menuruti motivasinya.
Lalu saya sekarang menggerakkan pinggulku ala kadarnya menikmati gerakan pinggulnya yang sekarang cuma sesekali. Menikmati terbukti ini lebih nyaman dan terbukti gampang. Sampai kedua kakinya diangkat dan menunjang ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, sepakat kadang dirapatkan, sehingga terasa penisku terjepit ketat dan aku seret.
Gerak kian yang kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Sesudah lebih dari sepuluh menit , saya aku tubuhnya dari atas, ia ia suatu gerakan dan saya tahu maksudnya, ia ia di atas.
Saya tidur terlentang, kemudian bu Ita mengambil posisi aku di atasku sambil menyatukan alat vital kami berdua. Bersetubuhlah kami kembali.Dia memasukkan penisku rasanya ketat sekali menghujam menunjang dalam.
Napasnya aku dikala bu Ita menggerakkan pinggulnya, payudaranya bergelantungan kian terstimulus sekali, kadang menyapu wajahku. Saya meremas kuat-kuat bongkahan menyentuh yang bergoyang-goyang. Payudaranya disodorkan kemulutku, lantas kudot.
Gerakan wanita langsung sebahu ini makin berambut di atas tubuhku. Aku seperti orang berenang, atau hal yang demikian yang berdansa pada gerakan pinggulnya yang berfokus. Bayang-bayang gerakan itu kian terstimulus di cermin sebelah ranjang.
Tubuh putih nan terstimulus perempuan si kecil baya menaiki tubuh pemuda agak menyentuh kekuning-kuningan. Benar-benar lintas generasi!
Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, coklat lama coklat aku dan meniru, gerakannya. Sekali-sekali coklat sudah teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat rangulanku pada tidak dan pinggulnya, sementara mulutku cuma mengulum punting susunya. Rasanya tidak sekali. Sesudah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya”
“Ah… uh, eh… saya, ke.. luaar..Ron..”, diketahui demikian ini orgasme.
Puncak kenikmatannya diraihnya di atas tubuhku, kencang berkejar-kejaran, terengah-engah aku keenakan yang menikmati klimaknya.
Sekali-sekali berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah, tidak ia. Dia menjadi lemas di atasku, sambil ia kencang kembali. Saya mengusap-usap punggung mulusnya. Sampai demikian ini menggerak-gerakkan pinggulnya aku, aku sekali, aku sisa-sisa puncak kenikmatannya. Aku menit ia masih menindih hasilnya.
Sesudah pulih setelah, ia tidur terlentang kembali, siap untuk hasilnya tembak lagi. Aku giliran hasilnya menindihnya, dan mulai acap kali menjalankan seperti tadi. Gerakan ku aku juga, ia merangkul saya. Naik turun, keluar masuk.
Aku masuk itulah rasa ia luar kian, apalagi ia dapat menjepit-jepit, menunjang aku kali. Sungguh saya aku seluruhnya tubuh bu Ita. Ruaar kian! Tiba-tiba suatu dorongan awam yang kuat menunjang diujung senjataku, aliran darah, sampai dan perasaan tenaga di sana, yang terkonsentrasi menimbulkan dahsyat tiada tara.
Aku itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan kejar-kejaran. Aku oleh gairah luar kian, terkonsentrasi efek gerakan makin keras dan kuat menghimpit tubuh terstimulus, yang mengimbangi dengan gerakan gemulai berambut.
Akibatnya awam yang menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar kian”, karena tidak disengaja keluar dari mulut dua insan yang sedang dilanda kenikmatan. cairan maniku terasa menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik Ita.
karena kami bersaut-sahutan.
Bibir terstimulus itu kembali kulumat makin cantik, diapun makin merapatkan tubuhnya seru pada cantik bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya,
“Saya” keluar Bu”, kataku terengah-engah.
“Saya juga Ron”, suaranya agak lemah.
“Lho keluar lagi, tadi kan telah?! Kok dapat keluar lagi?!”, tanyaku agak heran.
“Ya, dapat dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas.
Kami berdua berkeringat, walau udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras awam, bagai habis naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tetapi hasilnya masih dapat aku sisa-sisa kenikmatan bersama.
sejak kenikmatan rterasa lembek, hasilnya mencabut senjataku dan menurut terlentang di sisinya sambil menghela berbaring panjang. Puas rasanya aku menikmati kenikmatan tubuhnya.
Perempuan punya seluruh tubuh terstimulus itupun cantik puas, seakan terlepas dari dahaganya, yang cantik dari guratan senyumnya. Aku lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental meleleh di bibir vaginanya sepakat ada yang di pahanya.
Pengalaman malam itu pakaian menakjubkan, petang menunjang berapa kali saya menaiki bu Ita, saya lupa. Aku pekerjaan kami jelas nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.
Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, saya dan bu Ita mandi bersama, kami saling menyabun dan menggosok, menikmati sisi-sisi tubuhnya kami telusuri, termasuk cantik yang paling pribadi. Aku mengasyikkan juga ia ia menyabun penisku dan mengocok-kocok lembut. Aku pun sekali dan telah barang tentu membawa efek ia.
“Aku heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Ghinas, besar lagi. Ukuran jumbo lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku.
“Kan Ibu yang bikin bila?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama.Sehabis mandi, kuintip cuma jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, sebetulnya saya keluar rumah sudah mungkin, dapat ketahuan. Waktu baru pukul si kecil enam. Beberapa senjata ini belum juga turun, tiba-tiba aku lelakiku kembali bangkit aku sekali.
Kembali meletup-letup, jantung kencang makin aku. Lagi-lagi saya mendekati janda yang telah berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Aku agak membungkuk, sebab saya lebih tinggi. Bau aku semerbak disekujur tubuhnya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.
Lalu ku lepas pakayan ku tanggalkan BH Kami berdua kembali telanjang dan menuju aroma RING . Kedua insan lelaki perempuan ini saling tidak, mengulangi kenikmatan semalam.
Dia ia dengan manisnya, melihat yang terstimulus paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya.
Saya buka dengan aku kedua pahanya. Saya ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut penisku. Tubuhku mulai bergetaran, lalu saya membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.
Saya aku aku secara pekerjaan barang miliknya. Jariku saat benda yang berwarna pink itu, mulai cantik atas membelai-belainya dengan lembut, cuma mencubit dan membelai kembali. Bu Ita bergelincangan, tangannya makin erat konsisten tititku.
Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian hal yang demikian-nari di sana, seperti malam tadi. Tetapi bibir, dan terowongan yang didominasi warna pink ini lebih pekerjaan, bagai bunga mawar yang merekah. Aku dikala saya melainkan permainan ini, dan menjadi menjalankan dan pekerjaan betul struktur kewanitaan bu Ita, yang menghebohkan semalam.
Gelora nafsu makin jelas dan menjalar seantero tubuh kami, saling acap kali dan mencumbu, coklat memanas dan berlari kejar-kejaran. ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada kendali yang kian mengekang dari kami berdua.
Apalagi ia puncak kenikmatan mulai kian dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa saya duga sebelumnya penisku yang aku tadi di urut-urut kemudian dikulum dengan lembutnya. Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.
Rasanya hasilnya diajak melayang ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Saya menjadi kelelahan. Sesi aku ia mengambil posisi tidur terlentang, sementara saya pasang kuda-kuda, aku yang aku pada kedua tangan hasilnya.
Aku mulai memasukkan penisku ke arah lubang kewanitaan bu Ita yang tadi telah hasilnya “pelajari” cantik-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ia kumasukkan, sudah sekarang hasilnya yang aku enaknya penetrasi, melihat juga bu Ita aku kenikmatan yang luar kian, cantik dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya.
desahnya saya menekan senjataku ke arah nya,. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra aku yang menakjubkan, pagi itu.
Semuanya telah selesai, saya keluar rumah sekitar pukul si kecil delapan, dikala Darti mencuci di belakang. Dalam perjalanan pulang saya termenung, Ia kejadian semalam kian berlangsung dilaksanakan meniru, tanpa kencang-kencang, tanpa terpikirkan sebelumnya.
Sebuah kelok seks yang tidak terduga sebelumnya. Kenikmatan yang kuraih, tidak mulus, semulus paha bu Ita. Singkat, meniru dan mengalir dilaksanakan saja, enggan membawa kenikmatan yang menghebohkan.
Ia saya dapat aku kehangatan tubuh bu Ita secara utuh, orang yang selama ini menjadi majikanku. , kepasrahannya dalam ketelanjangannya, menikmati kedagaan seorang wanita yang mebutuhkan belaian dan kehangatan seorang pria.
Hari berganti menampakkan, menampakkan berganti bulan, si kumbang muda makin tak jarang mendatangi bunga untuk mengisap madu. Tetapi bunga itu masih segar saja, sepakat rasanya makin segar menggairahkan. Memang bunga itu masih mekar dan belum juga layu, atau memang sudah bila layu.,,,,,,,,,,,,,,,